Kamis, 22 November 2012

sebuah cerita obat ngantuk"ABU NAWAS

Cerita Humor Baginda Menjadi
Budak
Kadangkala untuk menunjukkan sesuatu
kepada sang Raja, Abu Nawas tidak bisa
hanya sekedar melaporkannya secara
lisan. Raja harus mengetahuinya dengan
mata kepala sendiri, bahwa masih
banyak di antara rakyatnya yang hidup
sengsara. Ada saja praktek jual beli
budak.
Dengan tekad yang amat bulat Abu
Nawas merencanakan menjual Baginda
Raja. Karena menurut Abu Nawas hanya
Baginda Raja yang paling patut untuk
dijual. Bukankah selama ini Baginda Raja
selalu mempermainkan dirinya dan
menyengsarakan pikirannya? Maka
sudah sepantasnyalah kalau sekarang
giliran Abu Nawas mengerjai Baginda
Raja.
Abu Nawas menghadap dan berkata
kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.
"Ada sesuatu yang amat menarik yang
akan hamba sampaikan hanya kepada
Paduka yang mulia."
"Apa itu wahai Abu Nawas?" tanya
Baginda langsung tertarik.
"Sesuatu yang hamba yakin belum
pemah terlintas di dalam benak Paduka
yang mulia." kata Abu Nawas
meyakinkan.
"Kalau begitu cepatlah ajak aku ke sana
untuk menyaksikannya." kata Baginda
Raja tanpa rasa curiga sedikit pun.
"Tetapi Baginda..." kata Abu Nawas
sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tetapi apa?" tanya Baginda tidak sabar.
"Bila Baginda tidak menyamar sebagai
rakyat biasa maka pasti nanti orang-
orang akan banyak yang ikut
menyaksikan benda ajaib itu." kata Abu
Nawas.
Karena begitu besar keingintahuan
Baginda Raja, maka beliau bersedia
menyamar sebagai rakyat biasa seperti
yang diusulkan Abu Nawas. Kemudian
Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al
Rasyid berangkat menuju ke sebuah
hutan. Setibanya di hutan Abu Nawas
mengajak Baginda Raja mendekati
sebuah pohon yang rindang dan
memohon Baginda Raja menunggu di
situ. Sementara itu Abu Nawas menemui
seorang Badui yang pekerjaannya
menjual budak.
Abu Nawas mengajak pedagang budak
itu untuk melihat calon budak yang akan
dijual kepadanya dari jarak yang agak
jauh. Abu Nawas beralasan bahwa
sebenarnya calon budak itu adalah
teman dekatnya. Dari itu Abu Nawas
tidak tega menjualnya di depan mata.
Setelah pedagang budak itu
memperhatikan dari kejauhan ia merasa
cocok. Abu Nawas pun membuatkan
surat kuasa yang menyatakan bahwa
pedagang budak sekarang mempunyai
hak penuh atas diri orang yang sedang
duduk di bawah pohon rindang itu.
Abu Nawas pergi begitu menerima
beberapa keping uang emas dari
pedagang budak itu. Baginda Raja
masih menunggu Abu Nawas di situ
ketika pedagang budak
menghampirinya. Ia belum tahu
mengapa Abu Nawas belum juga
menampakkan batang hidungnya.
Baginda juga merasa heran mengapa
ada orang lain di situ.
"Siapa engkau?" tanya Baginda Raja
kepada pedagang budak.
"Aku adalah tuanmu sekarang." kata
pedagang budak itu agak kasar. Tentu
saja pedagang budak itu tidak
mengenali Baginda Raja Harun Al Rasyid
dalam pakaian yang amat sederhana.
"Apa maksud perkataanmu tadi?" tanya
Baginda Raja dengan wajah merah
padam.
"Abu Nawas telah menjual engkau
kepadaku dan inilah surat kuasa yang
baru dibuatnya." kata pedagang budak
dengan kasar.
"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?"
kata Baginda makin murka.
"Ya!" bentak pedagang budak.
"Tahukah engkau siapa aku ini
sebenarnya?" tanya Baginda geram.
"Tidak dan itu tidak perlu." kata
pedagang budak seenaknya. Lalu ia
menyeret budak barunya ke belakang
rumah. Sultan Harun Al Rasyid diberi
parang dan diperintahkan untuk
membelah kayu. Begitu banyak
tumpukan kayu di belakang rumah
badui itu sehingga memandangnya saja
Sultan Harun Al Rasyid sudah merasa
ngeri, apalagi harus mengerjakannya.
"Ayo kerjakan!"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba
memegang kayu dan mencoba
membelahnya, namun si Badui melihat
cara Sultan Harun Al Rasyid memegang
parang merasa aneh.
"Kau ini bagaimana, bagian parang yang
tumpul kau arahkan ke kayu, sungguh
bodoh sekali!"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba
membalik parang hingga bagian yang
tajam terarah ke kayu. Ia mencoba
membelah namun tetap saja
pekerjaannya terasa aneh dan kaku bagi
si Badui.
"Oh, beginikah derita orang-orang
miskin mencari sesuap nasi, harus
bekerja keras lebih dahulu. Wah lama-
lama aku tak tahan juga." gumam Sultan
Harun Al Rasyid. Si Badui menatap Sultan
Harun Al Rasyid dengan pandangan
heran dan lama-lama menjadi marah. Ia
merasa rugi barusan membeli budak
yang bodoh.
"Hai Badui! Cukup semua ini aku tak
tahan."
"Kurang ajar kau budakku harus patuh
kepadaku!" kata Badui itu sembil
memukul baginda. Tentu saja raja yang
tak pernah disentuh orang itu menjerit
keras saat dipukul kayu.
"Hai Badui! Aku adalah rajamu, Sultan
Harun Al Rasyid." kata Baginda sambil
menunjukkan tanda kerajaannya.
Pedagang budak itu kaget dan mulai
mengenal Baginda Raja. Ia pun langsung
menjatuhkan diri sembil menyembah
Baginda Raja. Baginda Raja
mengampuni pedagang budak itu
karena ia memang tidak tahu. Tetapi
kepada Abu Nawas Baginda Raja amat
murka dan gemas. Ingin rasanya beliau
meremas-remas tubuh Abu Nawas
seperti telur.

kadalkurisi4527

Tidak ada komentar:

Posting Komentar